SAMPOERNAPOKER - Ada-ada saja cara orang demi mendapatkan pengakuan atau setidaknya merasa dihormati, salah satunya dengan nekat mengenakan seragam TNI atau polisi. Meski tindakan ini bisa dikenakan sanksi pidana, namun keinginan tersebut tak terbendung hingga nekat mengenakannya pakaian dinas kemiliteran.
Memang, banyak orang yang bercita-cita menjadi seorang tentara. Di balik kegagahannya, tersemat pula perlakuan khusus yang diberikan bagi mereka. Inilah yang coba dimanfaatkan segelintir orang, banyak di antaranya bahkan mengenakan seragam tersebut untuk berbuat kejahatan.
Tapi bagaimana jika tentara palsu bertemu dengan yang asli?
Cerita pertama dirasakan Suryadarma. Pria yang berprofesi sebagai sopir sebuah perusahaan negara ini kesal saat kendaraannya diserempet taksi saat berada di Jl Pangeran Diponegoro, Jakarta Pusat atau dekat Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Mengaku anggota TNI, dia lantas meninju korban bernama Parulian Sinaga hingga sesak napas. Kejadian ini berlangsung pada Selasa (26/03/2013) lalu.
Perawakannya yang besar dan berkepala plontos sempat membuat warga yang melihatnya percaya. Alhasil, tak ada satupun yang berani menegur perbuatannya tersebut.
Tak jauh dari lokasi kejadian, salah seorang anggota Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad) melihat kejadian tersebut. Tentara tersebut berada di RSCM untuk mengantar komandannya berobat.
Dia lantas menegur pelaku. Namun saat diminta menunjukkan keanggotaannya, Suryadarma tak mampu menunjukkannya. Warga yang semula tidak berani lantas menghakiminya karena sikapnya yang arogan, beruntung nyawanya selamat berkat polisi yang kebetulan melintas di sekitar lokasi.
Berbeda dengan Suryadarma yang arogan, Mesak Jhon yang merupakan warga Matraman, Jakarta Timur justru apes bertemu tentara asli saat berbelanja di sekitar Pasan Senen, Jakarta Pusat. Dia sempat menjadi bulan-bulanan karena dikira memakai seragam tersebut untuk memeras warga. Kejadian ini berlangsung pada Jumat (3/10/2014) lalu.
Pria berbadan bongsor ini tertangkap saat mengenakan celana dinas TNI dan baju polo shirt biru. Bahkan, dia juga mencukur rambutnya menjadi cepak, mirip dengan tentara asli.
Ceritanya bermula saat John berangkat menuju Pasar Kembang Sepatu di dekat Pasar Senen. Dia tengah mengincar celana training seharga Rp 70 ribu.
Tanpa ia duga, muncul tiga anggota Polisi Militer Angkatan Laut (Pomal). Namun sikapnya yang petantang petenteng membuat mereka marah dan lantas menamparnya. Warga yang melihat pun ikut menamparnya, saat itulah dia diketahui bukan anggota TNI. Dia dituding berniat melakukan kejahatan dengan seragam yang dikenakannya.
"Salah satu dari mereka, kesel kali karena saya enggak hormat. Eh, pipi kanan saya dipukul. Warga jadi ikut-ikutan, saya dituding TNI gadungan," kata Jhon lirih.
Saat itu, dia bersumpah tak melakukan kejahatan. Namun, pengakuan itu tak dipedulikan,
"Saya cuma mau beli celana! Tidak malak warga, enggak melakukan tindak kriminalitas. Saya berani bersumpah sekarang di atas Alkitab!"
Gara-gara kelakuannya, tak hanya bogem mentah yang diterima, pria yang mengaku bercita-cita jadi TNI ini juga dijebloskan ke sel tahanan. Hukumannya makin berat lantaran dari pemeriksaan ditemukan sejumlah perlengkapan TNI dalam tas miliknya.
Tak hanya Suryadarma dan Mesak Jhon, kelakuan tiga pria ini justru bikin geleng-geleng kepala. Sebab, tak hanya mengenakan seragam tentara, mereka juga mengaku berpangkat jenderal, bahkan satu di antaranya mengklaim jenderal berbintang lima.
Ketiga pria ini ditangkap secara tak sengaja oleh petugas Detasemen Polisi Militer (Denpom) I/5 Bukit Barisan. "Ketiganya diamankan saat petugas kita melakukan patroli, dan melihat mobil ditumpangi tiga pria tersebut," kata Dan Denpom I/5 Medan Letkol CPM Anggiat Napitupulu di Mapolresta Medan, Selasa (18/11/2014) sore.
Seorang dari tiga orang yang diamankan mengaku berpangkat jenderal besar bintang lima, yaitu Aditya Bambang Mataram. Dua lainnya berpangkat letnan jenderal yakni Jemmy Mokodompit dan Syarifudin P Simbolon. Mereka mengaku sebagai personel tentara perdamaian PBB (Unifil).
Berdasarkan dokumen yang ditemukan, ketiganya berencana mengunjungi Gubernur Sumut, Pangdam I Bukit Barisan, Kapolda Sumut hingga pejabat di daerah lain seperti Kalimantan. Herannya, mereka membantah menjadi tentara gadungan. Bahkan sempat mengirim surat jawaban kepada sejumlah media, termasuk SAMPOERNAPOKER.COM
Dalam suratnya, Adityo mengaku berpangkat Jenderal Bintang Lima dari United Nations Peace Keeping Forces Council South East Asia (UN-TPKFCSEA). Adityo juga bersikeras dirinya jenderal asli. Dia tak terima ditahan Polisi Militer.
Adityo mengaku sebagai panglima pasukan tertinggi, dia didampingi dua anak buahnya. Mereka adalah juru bicara Panglima Tertinggi Letnan Jenderal Jemmy Mokodompit dan Deputi Legal Letnan Jenderal Syarifudin P Simbolon. Menurut Adityo mereka adalah pasukan resmi.
"Kami sudah mengadakan pertemuan dengan Pangdam I Bukit Barisan," kata Adityo dalam suratnya kepada SAMPOERNAPOKER.COM Rabu (27/11).
Namun, polisi membantah semua keterangan dari 'para jenderal' itu. Kapolresta Medan Kombes Pol Nico Afinta Karokaro menegaskan mereka bukanlah anggota Pasukan Perdamaian PBB. Ketiga orang itu jelas tak memenuhi syarat sebagai pasukan PBB dan tak ada jenderal bintang 5 di Indonesia.
Post by : SAMPOERNAPOKER
Tidak ada komentar:
Posting Komentar