SAMPOERNAPOKER - Tujuh bulan setelah Tony Abbot kehilangan kepercayaan dari para pemilih, pada Senin 14 September 2015, Perdana Menteri Australia tersebut dikalahkan oleh mantan menteri komunikasinya yakni Malcom Turnbull.
Turnbull memenangkan voting dari Partai Liberal dengan meraih 54 suara, atau 10 suara lebih banyak dibandingkan Tony Abbott. Namun, terdapat poin yang perlu diketahui akibat dari lengsernya Tony Abbott.
Waktunya Perubahan
Pertama, Tony Abbott berada dalam oposisi di opini publik. Contohnya, dia tidak mendukung pernikahan sesama jenis yang mendapat banyak dukungan di negara Barat.
Kedua, Abbott tidak mendukung penanganan perubahan iklim. Menurutnya, hal itu bisa berbentrokan dengan pertumbuhan ekonomi, sedangkan penanganan perubahan iklim didukung oleh masyarakat Australia dan anggota parlemennya. akibat hal itu diadakan polling dan hasilnya menyatakan 63 persen masyarakat Australia tidak puas dengan kepemerintahan Tony Abbott.
Malcolm Turnbull menyatakan mendukung program emission-trading (pendekatan terhadap pasar untuk mengontrol polusi dengan memberikan insentif bila berhasil mengurangi emisi dari polutan). Program ini dinonaktifkan oleh Tony Abbot pada tahun lalu. Malcolm juga lebih simpati kepada pencari suaka, seperti yang ia sampaikan di depan parlemen dibanding Tony yang justru cenderung menciptakan blokade terhadap perbatasan.
Malcolm pada kemarin malam, setelah terpilih menjadi Perdana Menteri Australia, menyampaikan bahwa pemerintahannya akan bersifat lebih melalui “konsultasi” terlebih dahulu.
lebih lengkap dia mengatakan, “Perdana Menteri Australia bukanlah seorang presiden. Perdana menteri hanya satu dari kumpulan orang yang sederajat.”
Gaya kepemimpinan yang bersifat konsultatif ini berlawanan dengan apa yang dilakukan Abbott yang terbiasa mengambil keputusan tanpa membicarakannya terlebih dahulu.
Post by : SAMPOERNAPOKER.COM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar